BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perubahan pola hidup, kemajuan teknologi, dan peningkatan kesejahteraan yang berdampak secara langsung pada kesehatan masyarakat mengakibatkan peningkatkan prevelensi penyakit tidak menular (PTM) yang banyak diderita masyarakat seperti diabetes melitus (DM), jantung, pembuluh darah, stroke dan kanker (Hasbi, 2012). DM adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif yang dilatar belakangi oleh retensi insulin (Suyono, 2009).
Faktor risiko DM dimasyarakat meliputi faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat diubah. Faktor resiko yang dapat diubah meliputi obesitas, gula darah tinggi, tekanan darah tinggi, kurang aktifitas atau gaya hidup merokok. Faktor risiko yang tidak dapat diubah yaitu usia, ras, suku bangsa, jenis kelamin, dan riwayat keluarga (Harbuwono, 2008).
Penyakit DM apabila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi penyakit serius lainnya, diantaranya penyakit jantung, stroke, disfungsi ereksi, gagal ginjal dan kerusakan sistem saraf (Syafei, 2006). Menurut Buchman(2009) komplikasi yang paling sering adalah terjadinya perubahan patologis pada anggota gerak bawah yang disebut kaki diabetik atau diabetic foot. Kondisi keadaan diabetik yang terjadi adalah kelainan persyarafan neuropati, perubahan struktural, tonjolan kulit halus, perubahan kulit dan kuku, luka pada kaki, infeksi dan kelainan pembuluh darah. Sedangkan menurut Akhtyo(2009) komplikasi yang terjadi pada pengidap DM adalah komplikasi pada kaki sebanyak 15%, yang disebut kaki diabetik yang dapat mengakibatkan gangren.
Neuropati adalah salah satu yang dapat menyebabkan pasien diabetes mengalami penurunan sensitivitas (Echeverry, et al, 2007). Hilangnya sensasi merupakan salah satu faktor utama risiko terjadinya ulkus (Smeltzer & Bare, 2002). Ulkus yang terjadi akibat komplikasi DM tersebut akan semakin parah hingga harus di lakukan tindakan amputasi. Komplikasi dapat dilakukan dengan tindakan pencegahan, baik secara farmakoterapi dan non farmakoterapi.
Penanganan secara farmakoterapi terdiri atas pemberian obat yang bersifat hipoglikemik yang memperhatikan tempat, mekanisme kerja dan tingkat kepatuhan. Penanganan farmakoterapi juga memiliki efek yang bermacam-macam tergantung dari jenis obat yang digunakan (Brasher, 2008). Penanganan secara non farmakoterapi meliputi diet, latihan jasmani, pemantauan kadar glukosa, terapi dan pendidikan. Salah satu penanganan secara non farmakoterapi adalah senam kaki diabetik. Senam kaki diabetik adalah salah satu terapi yang dapat di lakukan untuk melancarkan peredaran darah yang terganggu karena senam kaki dapat membantu memperkuat otot-otot kaki. Senam kaki diabetik yang dapat dilakukan antara lain senam kaki dengan koran (Setiawan,2011) dan tempurung kelapa (Hasneli, 2015)
Natalia, Hasneli dan Novayelinda (2013), dalam penelitiannya “Efektifitas senam kaki diabetik dengan tempurung kelapa terhadap tingkat sensitifitas kaki pada penderita diabetes melitus tipe II, menyimpulkan bahwa senam kaki diabetik dengan menggunakan tempurung kelapa efektif untuk meningkatkan sensitivitas kaki pada penderita diabetes melitus tipe II. Penelitian dilakukan pada 30 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil kelompok eksperimen diperolehp value=0,000 (p<0 kelompok="" kontrol="" p="" sedangkan="" value="0,169(p">0,05).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada penderita diabetes melitus dengan judul “ Tingkat sensitivitas kaki pasien diabetes melitus tipe II yang melakukan senam kaki dengan koran dan tempurung kelapa”.
B. Rumusan Masalah
Komplikasi DM dapat mengakibatkan luka pada kaki dan mengalami penyembuhan yang lama. Tujuan dilakukannya pemeriksaan sensorik pada kaki adalah untuk menetapkan ada atau tidaknya gangguan sensorik pada kaki dengan cara mengetahui sensasi yang dirasakan oleh kaki. Hasil yang didapatkan dapat mengetahui terjadinya komplikasi pada kaki, untuk itu perlu dilakukan sedini mungkin. Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan penelitian ini adalah apakah ada perbedaan tingkat sensitivitas kaki pasien diabetes melitus tipe II yang melakukan senam kaki dengan koran dan tempurung kelapa di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat sensitivitas kaki pasien diabetes melitus tipe II yang melakukan senam kaki dengan koran dan tempurung kelapa.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat sensitivitas kaki penderita DM tipe II sebelum dan sesudah melakukan senam kaki dengan koran.
b. Mengetahui tingkat sensitivitas kaki penderita DM tipe II sebelum dan sesudah melakukan senam kaki dengan tempurung kelapa.
c. Mengetahui perbedaan tingkat sensitivitas kaki penderita DM tipe II sebelum dan sesudah melakukan senam kaki dengan koran dan tempurung kelapa.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Untuk mencegah terjadinya komplikasi dan meningkatkan sensitivitas kakidiabetes melitus tipe II.
2. Bagi puskesmas
Memberikan informasi bagi instansi terkait khususnya pihak Puskesmas untuk mengadakan program senam kaki dengan koran dan tempurung kelapa untuk meningkatkan sensitivitas kaki.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian diharapkan dapat di jadikan data dan dasar sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan tindakan keperawatan pada pasien diabetes melitus tipe II. 0>
Jumat, 18 Maret 2016
perbedaan tingkat sensitivitas kaki pasien diabetes melitus tipe II yang melakukan senam kaki dengan koran dan tempurung kelapa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar