BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gambaran masyarakat di Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan Negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk mengjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat yang setinggi-tingginya di seluruh Republik Indonesia.
Gambaran masyarakat di Indonesia di masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai : Indonesia Sehat 2015,Dengan adanya rumusan visi tersebut, maka lingkungan yang diharapkan pada masa depan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.(Syafruddin,2009)
Laporan WHO 2013, diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012 dimana 1,1 juta orang diantaranya adalah pasien TB dengan HIV positif. Tahun 2012 diperkirakan terdapat 450.000 orang yang menderita TBMDR dan 170.000 orang diantaranya meninggal dunia.(Kemkes RI,2014)
Indonesia peringkat empat terbanyak untuk penderita TB setelah China, India, dan Afrika Selatan. Tapi, itu karena sesuai dengan jumlah penduduknya yang juga banyak," kata Direktur Jenderal Pengawasan Penyakit dan Pengelolaan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI Tjandra Yoga Aditama di sela-sela acara Forum Stop TB Partnership Kawasan Asia Tenggara, Pasifik Barat, dan Mediterania Timur, Senin (3/3/2014), di Jakarta.Tjandra mengatakan, prevalensi TB di Indonesia pada 2013 ialah 297 per 100.000 penduduk dengan kasus baru setiap tahun mencapai 460.000 kasus. Dengan demikian, total kasus hingga 2013 mencapai sekitar 800.000-900.000 kasus . Nafsiah Mboi saat menjadi Menteri mengatakan, Indonesia dan negara-negara lain dengan beban tertinggi penyakit TB perlu banyak belajar dari negara yang tergolong sukses menanggulangi TB , seperti Amerika serikat dan Singapura yang mana negara tersebut sukses dengan metode DOTS (Directly Observed Treatment Short-course ). Maka dari itu, pembentukan forum diskusi untuk berbagi informasi tentang situasi terkini, pelaksanaan, dan tantangan dalam upaya melibatkan kemitraan yang luas dan program penanggulangan TB penting untuk dilakukan. dan program penanggulangan TB penting untuk dilakukan.(ppti.info, 2014)
Tuberkulosis paru merupakan penyakit saluran pernafasan bawah yang disebabkan oleh bakteri Myobacterium Tuberculosis .Namun menurut Binongko(2012), terdapat faktor yang mempengaruhi penyakit TB antara lain ; faktor umur, tingkat pendidikan , jenis pekerjaan, kondisi rumah , status gizi, faktor jenis kelamin, faktor perilaku, dan kebiasaan merokok.
Angka penemuan TBC kasus baru sejak 2008 hingga 2013 terdapat peningkatan. 2008 ditemukan BTA (+) sebanyak 2206 kasus, 2009 BTA(+) 2880 kasus, 2010 BTA(+) 3157 kasus, 2012 BTA(+) 3355 kasus, dan pada tahun 2013 ditemukan 3561 kasus TB Paru BTA (+) yang menjadi sumber penularan di masyarakat.(Dinkes Prov Riau, 2013)
Penemuan 4.000 kasus TBC paru di Riau pada tahun 2014 dikemukakan dokter ahli paru dr Indra Yovie saat di wawancarai oleh tim Riau Pos. Dari penemuan kasus tersebut menandakan bahwasanya ada peningkatan kasus TBC paru dari tahun sebelumnya yaitu 2012 dan 2013. Namun menurut dia, penemuan ini sangat rendah, padahal di tegah masyarakat masih penderita TBC atau orang yang menampakkan gejala TBC. Kendati menurut catatan Indra 90 persen penderita pada 2013 mengalami kesembuhan, namun penyakit ini harus diwaspadai, karena pada beberapa kasus ada yang berakhir dengan kematian.Yang mengkhawatirkan Indra adalah sangat mudahnya penyakit ini menular. (Riau Pos, Eka Hospital, 9 Mei 2014)
Data dari bagian administrasi Rekam Medik RSUD Arifin Achmad Pekanbaru pasien yang menjalani perawatan dengan Tuberculosis pada tahun 2013 adalah 138 orang, sedangkan pada tahun 2014 yang menjalani dengan perawatan Tuberculosis adalah 140 orang. Dari tahun 2013 ke 2014 terjadi peningkatan (1.4 %), pasien tuberkulosis yang dirawat ruang nuri RSUD Arifin Achmad. Rata-rata pasien TB paru tahun 2014 berusia 45-64 tahun sebanyak 64 orang (45.7%), 25-44 tahun sebanyak 50 orang (35.7%), 65 tahun keatas sebanyak 19 orang (14.2%), dan selebihnya berumur 15-24 tahun sebanyak 7 orang (5%). Rata-rata pergantian pasien 1-3 kali perminggu selain kamar isolasi. Ruangan nuri memiliki 32 buah tempat tidur yang mana 30 tempat tidur untuk perawatan biasa dan 2 buah tempat tidur dengan perawatan isolasi.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada keluarga pasien TB paru di Ruang Nuri RSUD Arifin Achmad pada 10 januari 2015. terlihat sebagian besar keluarga pasien bersikap seperti biasa saja dalam membantu perawatan pasien, keluarga tidak melakukan kewaspadaan umum seperti, mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, tidak menggunakan masker ketika berkomunikasi. ini bisa di simpulkan keluarga pasien TB paru di ruangan Nuri RSUD Arifin Achmad masih kurang pengetahuan dan bagaimana seharusnya bersikap terhadap pasien TB paru. Dari hasil wawancara dengan 10 orang keluarga pasien tentang kesehatan seputar TB paru ,7 dari 10 keluarga pasien yang menjawab masih belum mengerti tentang pengetahuan, penularan, dan pencegahan TB paru .
Penemuan kasus TB paru BTA(+) dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Mungkin saja salah satu factor-faktor yang menyebabkan kasus TB paru meningkat ialah kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan penularan TB paru dan bagaimana seharusnya bersikap terhadap orang-orang yang terdiagnosis TB paru tersebut sehingga tidak terjadi penularan.
Faktor pengetahuan yang merupakan ilmu yang diketahui seseorang ataupun pengalaman yang dialami oleh seseorang maupun orang lain. Amat terlebih dalam hal ini bagaimana seharusnya keluarga klien yang terdiagnosa TBC paru mengetahui secara jelas dan benar apa sebenarnya penyakit TBC paru ini, dan bagaimana cara penularan dan pencegahannya. Sikap keluarga sangat menentukan keberhasilan pengobatan TBC amat terlebih dalam mencegah penularannya, karena jika sikap keluarga klien yang terdiagnosa TBC mengerti apa yang sebenarnya dia lakukan maka secara otomatis dia juga bisa dan mampu melindungi dirinya dan anggota keluarga lainnya.
Dalam meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan dan menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi di atas diperlukan suatu pengetahuan dan sikap yang berasal dari keluarga dalam pencegahan penularan TB paru. Untuk mempelajari tentang prilaku keluarga dalam pencegahan penularan Tubercolosis paru maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang : ”Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga Pasien Terhadap Pencegahan Penularan Penyakit TB Paru di Ruangan Nuri RSUD Arifin Achmad.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang tersebut diatas dapat diasumsikan termasuk kurang berhasilnya prilaku keluarga dalam pencegahan TB paru dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan penularan TB Paru sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana hubungan pengetahuan dan sikap keluarga pasien terhadap pencegahan penularan penyakit TB Paru di Ruangan Nuri RSUD Arifin Achmad?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan pencegahan penularan penyakit TB Paru di Ruangan Nuri RSUD Arifin Achmad.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan karakteristik keluarga pasien TB paru di Ruangan Nuri RSUD Arifin Achmad
b. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penularan TB Paru di Ruangan Nuri RSUD Arifin Achmad.
c. Untuk mengetahui hubungan sikap keluarga terhadap pencegahan penularan TB Paru di Ruangan Nuri RSUD Arifin Achmad.
D. Manfaat Penelitian
1. Institusi Pendidikan
Menambah bahan referensi bagi institusi dan merupakan data pendukung bagi peneliti selanjutnya.
2. Rumah Sakit
Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan juga diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan pelayanan pada penderita TBC paru dan upaya-upaya dalam pencegahan penularan TB paru.
3. Untuk Peneliti
Memperkaya ilmu pengetahuan sehingga berguna bagi pekerjaan dan tugas peneliti sebagai bahan masukan yang digunakan untuk penerapan prilaku keluarga yang baik dalam pencegahan penularan TB paru yang dapat menurunkan penularan TB paru.
4. Bagi Perawat
Dapat membantu pelaksanaan pencegahan penularan dengan memberikan pengetahuan serta pengajaran bagaimana besikap tentang pencegahan penularan TB paru pada keluarga pasien.
5. Bagi Keluarga
Memberikan pengetahuan dan kesadaran serta cara bersikap tentang bahaya penularan penyakit infeksi TB paru .
Rabu, 30 Maret 2016
Skripsi: Hubungan Pengetahuan dan sikap keluarga TB paru
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar