Minggu, 13 Maret 2016

SKripsi: Efektivitas Kompres Air Hangat Dan Terapi Musik Klasik Love Story Terhadap Penurunan Dismenorre


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial (Monks, dkk, 2002). Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis dimana usianaya yakni antara 10-19 tahun dan masa ini adalah suatu periode pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas (Widiastuti, dkk, 2009).
Salah satu tanda seorang perempuan memasuki masa pubertas adalah terjadinya menstruasi. Menstruasi adalah perubahan fisiologis dalam tubuh seorang perempuan yang terjadi secara berkala yang dialami setiap bulan secara rutin (Elvira, 2010). Menstruasi adalah siklus reproduksi pada wanita. Siklus tersebut sangat kompleks, meliputi psikologis, panca indera, korteks serebri, hipofisis (ovarialaksis), dan endrogen (uterus-endometrium, dan alat seks sekunder) (Manuaba, 2009). Wanita biasanya pertama kali mengalami menarche pada umur 12-16 tahun (Kusmiran, 2011).
Nyeri haid atau dismenorre merupakan gangguan saat mentruasi yang ditandai dengan adanya nyeri yang luar biasa sehingga anda tidak dapat melakukan aktivitas. Gejala yang mungkin terjadi adalah dengan adanya rasa nyeri yang seperti tertarik pada paha bagian dalam, mual-mual hingga muntah, sakit kepala dan pusing. Dismenorre disebabkan karena rahim mengalami kontraksi. Reaksi dari otot akan mempengaruhi prostaglandin. Prostaglandin akan mengalami peningkatan ketika awal menstruasi kemudian menurun setelah terjadi menstruasi sehingga mengakibatkan adanya rasa nyeri yang berkurang setelah hari pertama menstruasi.
Ahli dismenorre dibagi menjadi dua yaitu dismenorre primer dan sekunder. Dismenorre primer adalah rasa nyeri haid tanpa kelainan alat genetal yang nyata (sifat nyeri menjalar dari perut bawah ke pinggang dan paha bahkan bisa diikuti oleh mual, muntah, sakit kepala, dan diare), sedangkan dismenorre sekunder adalah rasa nyeri yang dapat diidentifikasi penyebabnya seperti kelainan ginekologik yaitu salpingitis, endometriosis, mioma, IUD dan lain-lain. Dismenorre primer terjadi biasanya dalam waktu 6 bulan setelah menarche, hal ini disebabkan karena siklus dari proses ovulasi. Kejadian dari dismenorre primer sangat dipengaruhi oleh usia wanita karena semakin tua umur seseorang maka semakin sering pula ia mengalami menstruasi dan semakin lebar leher rahim maka sekresi hormon prostaglandin akan semakin berkurang (Novia dan Puspitasari, 2008). Rasa nyeri yang dirasakan seorang wanita saat menstruasi biasanya karena meningkatnya sekresi hormon prostaglandin sehingga terjadi kontraksi otot rahim (miometrium) dan kontraksi pembuluh darah (vasokonstriksi).
Sekitar 1 miliar manusia atau setiap 1 di antara 6 penduduk dunia adalah remaja. Sebanyak 85% di antaranya hidup di Negara berkembang (Kusmiran, 2012). Berdasarkan kriteria WHO umur remaja berkisar antara 10-19 tahun. Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia cukup besar, rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap Negara mengalami nyeri menstruasi. Di Amerika persentasenya sekitar 60%, di Swedia sekitar 72%, sementara di Indonesia sendiri mencapai 55% (Proverawati dan Misaroh, 2009).
Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia yaitu sebesar 237.641.326 jiwa, dan 63,4 juta atau 27% di antaranya adalah remaja umur 10-24 tahun (Sensus Penduduk, 2010). Berdasarkan data dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES), umur rata-rata menarche (menstruasi pertama) pada anak remaja di Indonesia yaitu 12,5 tahun dengan kisaran 9-14 tahun. Di Indonesia angka kejadian dismenorre tipe primer adalah sekitar 54,89% sedangkan sisanya penderita dengan dismenorre sekunder. Dismenorre terjadi pada remaja dengan prevalensi berkisar antara 43% hingga 93%, dimana sekitar 74-80% remaja mengalami dismenorre ringan, sementara angka kejadian endometriosis pada remaja dengan nyeri panggul diperkirakan 25-38%, sedangkan pada remaja yang tidak memberikan respon positif terhadap penanganan untuk nyeri haid, endometriosis ditemukan pada 67% kasus di laparoskopi (Hestiantoro dkk, 2012).
Perlu diwaspadai jika nyeri haid terjadi terus menerus setiap bulannya dalam jangka waktu yang lama, karena kondisi itu merupakan salah satu gejala endometritis (penyakit kandungan yang disebabkan timbulnya jaringan otot non-kanker sejenis tumor fibroid diluar rahim). Dismenorre dikelompokkan sebagai dismenore primer saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenore sekunder saat ada kelainan jelas yang menyebabkannya (Sastrowardoyo, 2007).
Mengurangi dismenorre terdapat dua tindakan yaitu secara farmakologis dan non farmakologis. Prosedur secara farmakologis dapat dilakukan dengan menggunakan obat analgesic sebagai penghenti rasa sakit dan anti peradangan Non Steroid Anti Inflamasi Drugs (NSAID) sedangkan prosedur non farmakologi dapat dilakukan dengan relaksasi, hipnoterapi, kompres air hangat, olahraga teratur, distraksi yakni dengan cara mengalihkan perhatian melalui kegiatan membaca, menonton TV, mendengarkan radio dan mendengarkan musik (Arifin, 2008).
Manajemen nyeri non farmakologis, misalnya kompres hangat yaitu dimana kompres hangat dapat meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi uterus dan melancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan nyeri dengan mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan sejahtera, meningkatkan aliran menstruasi, dan meredakan Vasokongesti pelvis (Perry dan Potter, 2010). Suatu hasil penelitian pertama ada perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan kompres kering (buli- buli panas) pada ibu bersalin primipara terhadap penurunan tingkat nyeri pada persalinan normal kala I fase aktif. Ini dapat dilihat dari nilai rata- rata sebelum diberikan kompres panas kering 4,40 dengan standar deviasi 0,498 sedangkan setelah diberikan kompres panas kering 3,17 dengan standar deviasi 0,0699 dan p= 0,000 < 0,05 (Santri Nurul Fitriana, 2009).
Cara lain untuk menurunkan nyeri dismenore adalah pengalihan perhatian. Dimana tehnik ini dengan memfokuskan diri kepada lingkungan. Lingkungan yang sangat tenang dan sedikit membangkitkan input sensori. Perhatian harus cukup kuat untuk melibatkan seluruh perhatian yang tidak menjemukan. Nyeri yang diderita sangat luas memerlukan berbagai penarik perhatian yang berarti. Metode menarik perhatian yang digunakan yaitu tehnik nafas dalam dan terapi musik (Long, 2009). Siedlecki & Good pada tahun 2006 menemukan hasil yang berbeda dimana dalam penelitian mereka pada 60 orang berusia 50 tahun yang mengeluh nyeri karena mengidap penyakit osteoarthritis dan rheumatoid arthritis selama setengah tahun, tidak ditemukannya perbedaan yang signifikan antara musik kesukaan dari sampel dengan musik pilihan dari peneliti (dimana musik yang digunakan yaitu, jazz, harp, orchestra, piano, dan synthesizer) (ScienceDaily, 2006).
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Perbandingan Efektivitas Kompres Air Hangat Dan Terapi Musik Klasik Love Story Terhadap Penurunan Dismenorre Pada Siswi SMA Negeri 01 Pangkalan Kuras Kab. Pelelawan“

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas penulis ingin melakukan penelitian tentang “Perbandingan Efektivitas Kompres Air Hangat Dan Terapi Musik Klasik Love Story Terhadap Penurunan Dismenorre Pada  “

C.    Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Mengetahui perbandingan efektivitas kompres air hangat dan terapi mendengarkan musik klasik love story pada remaja putri yang mengalami dismenorre.
2.    Tujuan Khusus
a.    Mengetahui tingkat efektivitas dismenorre sebelum dan sesudah di berikan kompres air hangat.
b.    Mengetahui tingkat efektivitas dismenorre sebelum dan sesudah di lakukan terapi mendengarkan musik klasik love story.
c.    Menganalisis perbandingan efektivitas kompres air hangat dan terapi mendengarkan musik klasik pada remaja putri yang mengalami dismenorre.

D.    Manfaat Penelitian
1.    Bagi Responden
Diharapkan penelitian ini akan menjadi tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan yang berhubungan dengan managemen nyeri terutama para remaja yang mengalami dismenorre.
2.    Bagi Tempat Peneliti
Sebagai dokumen dan bahan bacaan untuk menambah wawasan bagi instansi pendidikan baik bagi guru maupun para siswi.

3.    Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan ada kelanjutan penelitian yang berkaitan dengan dismenorre menggunakan metode non- farmakologi lain selain kompres dengan air hangat dan terapi mendengarkan musik klasik love story.


0 komentar:

Posting Komentar