BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis masih terus menjadi masalah kesehatan di dunia terutama di negara berkembang. Obat anti tuberculosis (TB) sudah ditemukan dan vaksinasi Bacillus Calmette‐GuĂ©rin (BCG) telah dilaksanakan, TB tetap belum bisa diberantas habis. Laporan WHO (2008) memperkirakan ada 9,2 juta pasien TB baru dan 4,1 juta diantaranya adalah pasien dengan Basil Tahan Asam (BTA) positif dengan angka kematian 1,7 juta pasien pertahun di seluruh dunia. Kondisi ini diperparah oleh kejadian HIV yang semakin meningkat dan bertambahnya jumlah kasus. (Kepmenkes RI, 2014)
Untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi TB di Rumah Sakit (RS), penting dilakukan upaya tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang efektif. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Atlanta, merekomendasikan tindakan pencegahan penularan nosokomial TB dengan 3 pilar, berupa pengendalian administratif, lingkungan dan perlindungan diri. Pencegahan dan pengendalian infeksi menjadi sesuatu yang penting dari upaya penanggulangan TB nasional. ( Depkes RI, 2010)
Angka penemuan TBC kasus baru sejak 2008 hingga 2013 terdapat peningkatan. 2008 ditemukan BTA (+) sebanyak 2206 kasus, 2009 BTA(+) 2880 kasus, 2010 BTA(+) 3157 kasus, 2012 BTA(+) 3355 kasus, dan pada tahun 2013 ditemukan 3561 kasus TB Paru BTA (+) yang menjadi sumber penularan di masyarakat (Dinkes Prov Riau, 2013). Penemuan 4.000 kasus TBC paru di Riau pada tahun 2014 dikemukakan dokter ahli paru dr. Indra Yovie dari RS Eka Hospital saat di wawancarai oleh tim Riau Pos. Dari penemuan kasus tersebut menandakan bahwasanya ada peningkatan kasus TBC paru dari tahun sebelumnya yaitu 2012 dan 2013. Menurut dia, penemuan ini masih sangat rendah. Kendati menurut catatan Indra 90 persen penderita pada 2013 mengalami kesembuhan, namun penyakit ini harus diwaspadai, karena pada beberapa kasus ada yang berakhir dengan kematian. (Riau Pos, Eka Hospital, 9 Mei 2014).Data dari bagian administrasi Rekam Medik RSUD Arifin Achmad Pekanbaru pasien yang menjalani perawatan dengan Tuberculosis pada tahun 2013 adalah 420 orang, sedangkan pada tahun 2014 yang menjalani dengan perawatan Tuberculosis adalah 428 orang. Dari tahun 2013 ke 2014 terjadi peningkatan (1.9 %), pasien tuberkulosis yang dirawat Ruang Paru Terpadu RSUD Arifin Achmad. Rata-rata pasien TB paru tahun 2014 berusia 45-64 tahun sebanyak 200 orang (46.7%), 25-44 tahun sebanyak 150 orang (35.%), 65 tahun keatas sebanyak 50 orang (12.2%), dan selebihnya berumur 15-24 tahun sebanyak 25 orang (5.8%).
Ruang Paru Terpadu RSUD Arifin Achmad merupakan ruangan perawatan dengan semua penyakit paru, salah satunya dengan diagnosis TB paru. Ruangan Paru Terpadu memiliki 32 bed untuk perawatan pasien, 30 untuk perawatan biasa dan 2 bed untuk perawatan isolasi. Ruangan ini merupakan ruang perawatan kelas 3 yang mana di setiap kamar perawatan terdapat 6 bed untuk perawatan pasien. Tentunya ruang perawatan akan minim dengan udara yang sehat karena banyaknya jumlah pasien di satu ruang perawatan dan ditambah dengan kelurga yang mendampingi.
Keluarga pasien TB paru yang mendampingi pasien yang dirawat diruang paru terpadu tidak memiliki tempat peristirahatan yang kurang baik dan memadai sebagai pendamping keluarga yang sakit dan ini bisa saja membuat daya tahan tubuh keluarga pasien kadang-kadang menurun, tentunya akan sangat beresiko bagi keluarga pasien yang mendampingi perawatan pasien selama di rumah sakit dan mempermudah bakteri tuberculosis untuk masuk kedalam tubuh keluarga yang mendampingi tersebut.
Penemuan kasus TB paru BTA (+) dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Dugaan sementara salah satu faktor-faktor yang menyebabkan kasus TB paru meningkat ialah kurangnya pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pencegahan penularan TB paru. Padahal dari pihak pemerintah terus memiliki terobosan strategi baru dalam menanggulangi penyakit TB paru seperti TEMPO (TEMukan pasien secepatnya, Pisahkan secara aman, Obati secara tepat) dan sekarang TOSS TB (Temukan Obati Sampai Sembuh Tuberculosis).
Faktor pengetahuan yang merupakan ilmu yang diketahui seseorang ataupun pengalaman yang dialami oleh seseorang maupun orang lain. Terlebih dalam hal ini bagaimana seharusnya keluarga klien yang terdiagnosa TBC paru mengetahui secara jelas dan benar apa sebenarnya penyakit TBC paru ini, dan bagaimana cara penularan dan pencegahannya. Sikap keluarga sangat menentukan keberhasilan pengobatan TBC amat terlebih dalam mencegah penularannya, karena jika sikap keluarga klien yang terdiagnosa TBC mengerti apa yang sebenarnya dia lakukan maka secara otomatis dia juga bisa dan mampu melindungi dirinya dan anggota keluarga lainnya dari penularan penyakit TBC paru tersebut.
Dalam meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan dan menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi di atas diperlukan suatu pengetahuan dan sikap yang berasal dari keluarga dalam pencegahan penularan TB paru. Untuk mempelajari tentang prilaku keluarga dalam pencegahan penularan Tubercolosis paru maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang: ” Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga Pasien Terhadap Pencegahan Penularan Penyakit TB Paru di Ruangan Paru Terpadu RSUD Arifin Achmad.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang tersebut diatas dapat diasumsikan termasuk kurang berhasilnya prilaku keluarga dalam pencegahan TB paru dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan penularan TB Paru sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap keluarga pasien terhadap pencegahan penularan penyakit TB Paru di Ruangan Paru Terpadu RSUD Arifin Achmad ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap keluarga terhadap pencegahan penularan penyakit TB Paru di Ruangan Paru Terpadu RSUD Arifin Achmad.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik keluarga pasien TB paru di Ruangan Paru Terpadu RSUD Arifin Achmad
b. Untuk mengetahui pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penularan penyakit TB Paru di Ruangan Paru Terpadu RSUD Arifin Achmad.
c. Untuk mengetahui sikap keluarga terhadap pencegahan penularan TB Paru di Ruangan Paru Terpadu RSUD Arifin Achmad.
d. Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap keluarga terhadap pencegahan TB paru di Ruangan Paru Terpadu RSUD Arifin Achmad.
D. Manfaat Penelitian
1. Institusi Pendidikan
Menambah bahan referensi bagi institusi dan merupakan data pendukung bagi peneliti selanjutnya.
2. Rumah Sakit
Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan juga diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan pelayanan pada penderita TBC paru dan upaya-upaya dalam pencegahan penularan TB paru.
3. Bagi Peneliti
Memperkaya ilmu pengetahuan sehingga berguna bagi pekerjaan dan tugas peneliti sebagai bahan masukan yang digunakan untuk penerapan prilaku keluarga yang baik dalam pencegahan penularan TB paru yang dapat menurunkan penularan TB paru.
4. Bagi Keluarga
Memberikan pengetahuan dan kesadaran serta cara bersikap tentang bahaya penularan penyakit infeksi TB paru.
Minggu, 13 Maret 2016
Skripsi: Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga Pasien Terhadap Pencegahan Penularan Penyakit TB Paru di Ruangan Paru Terpadu RSUD Arifin Achmad
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar